just a short talk

Posting singkat  ini gua tulis berdasarkan pengalaman pribadi gua. Jumat malem gua ke toko buku ma hubby, cuci mata ceritanya. Pas gua lagi liat2 DVD Blu-ray, disamping gua ada couple. Tiba2 gua ngerasa couple disebelah gua itu orang Indo soalnya samar2 gua denger si cewek ngomong cowok :”ada orang indo” dan conya cuman ngejawab balik pake Inggris *aku tak ingat sich dia ngomong apa*. Percakapan itu muncul ketika gua ngebahas soal DVD Blu-ray ma hubby dan seperti biasa gua selalu ngomong pake bahasa Indo ma hubby, cuman kadang2 aja pake bahasa Inggris. Setelah gua pikir2, alangkah anehnya orang Indo yach, kenapa kalo lagi di luar negeri instead of senang ketemu orang negeri sendiri malah cenderung “menghindar” dan “malu”. “Menghindar” dan “malu” disini dalam artian yang lagi ngobrol pake bahasa Indo pas nyadar ada orang Indo disekitaran malah tiba2 diem seribu bahasa atau malah langsung nyerocos pake bahasa Inggris. Gua disini nulis bukan untuk menghakimi pasangan yang gua temuin di toko buku itu, tapi ini juga self reflection buat diri sendiri karena gua juga seperti itu 😀 ampe pada saat gua ketemu pasangan itu. Gua bersikap seperti itu juga bukan sekali dua kali, sempat beberapa kali dan sama2 teman2 gua yang orang Indo juga. Mulai detik itu saya berjanji, kalau saya lagi ngobrol bahasa Indo diluar negeri dan tiba2 ada orang Indo, aku akan tetap ngobrol pake bahasa Indo, ga yang tiba2 amnesia lupa ama bahasa Indo karena aku juga gak melihat point penting dari tiba2 amnesia dan diam seribu bahasa. Anyway, ada teman2 yang ngalamin dan mempraktekkan hal serupa? 😀

aging day

Beberapa minggu yang lalu gua officially tambah tua (baca: ulang tahun). Tahun ini suasananya beda banget ma tahun lalu, dimana gua jauh banget dari bokap, gua juga udah berstatus jadi istri orang, plus baru pindahan dengan niatan mo pindahan lagi. Soal perayaan pun, ga ada yang spesial; tahun lalu gua ngerayain beberapa kali and tahun ini ampir bisa dibilang ga ada perayaannya hehe…

Gua baru aja pindah alamat ke kota yang baru ini alhasil gua juga bingung mau ngapain dan kemana. Akhirnya hubby bilang ke Pier 39 dan Fisherman’s Whraft aja dan dengan manisnya gua nurut aja 🙂 Begitu memasuki kawasan ini, hal pertama yang dilakuin udah pasti nyari parkir. Kalau di kota sebelumnya itu nyari parkir itu is not a big deal at all, selain lahannya luas plus mostly parkiran juga gratis, sementara disini keadaan berbeda 180derajat. Belom lagi karena ini adalah daerah wisata jadi tambah mahal pulalha biaya parkirnya. Tapi yang namanya orang Indo, selalu mikirnya untung yach haha… Jadi, ga lama bis parkir, gua ma hubby langsung liat sign harga yang dipasang di entrancenya dinaikkin.

Berhubung gua masih ngerasa diri gua turis, begitu selesai dapet parkiran langsung gua sibuk menjelajahi daerah ini sambil liat kira2 mo makan dimana. Akhirnya gua ma hubby mutusin buat makan di Chowders, yang menurut hubby clam chowdernya enak. Selain mesen White Clam Chowder, kita juga mesen Seafood Platter.

white clam chowder

seafood platter

White Clam Chowdernya enak, yang engga enak cuman harganya haha (harganya $7.49 blum termasuk tax)… Namanya juga daerah turis jadi ga bisa expect dapat harga yang murah lha yach. Kalau buat Seafood Platternya sich biasa aja, apalagi kalau mau dicompare dari segi harga dan besarnya porsi menurut gua rada ga worth it (harganya $9.89 and again belum termasuk tax dan isinya itu cuman fish fillet, udang, dan calamari yang digoreng tepung roti plus kentang goreng dengan porsi minim).

Restorannya sendiri ga gede dan sitting areanya terbagi 2, outdoor dan indoor. Gua suka ama interior dalamnya yang didominasi warna putih plus poster2 yang bergaya retro. Sayang banget sich gua ga foto keadaan interiornya, dan cuman sempat fotoin bagian depan restonya:

Selesai lunch, kita ngiterin daerah sekitar ampe akhirnya kita nyampe Ghirardelli Square buat dessert. Ghirardelli Square ini ramenya minta ampun, begitu nyampe di depan pintu kita udah queuing di bagian kasir (ada 2 kasir seinget gua), place order dan bayar. Trus kita dapet nomor dan mesti nyari tempat sendiri.

Yang paling depan itu pesanan gua, Butterscoth Hot Fudge Sundae dan yang dibelakang punya hubby, Peanut Butter Hot Fudge Sundae. Harganya sama $8.95/each dan rasanya juga serupa tapi tak sama. Gua lebih prefer pesanan gua walau dua2nya enak menurut gua, dimana rasanya sama2 manis tapi ga bikin tenggorokan loe jadi sakit atau enek gara2 rasa manisnya.

Buat yang lagi main2 ke daerah sini dan mo nyari souvenir gua saranin masukkin toko2 souvenirnya satu2 dech karena produk yang sama bisa dijual dengan harga yang bedanya ampe beberapa dollar. Menurut pengamatan gua, toko2 yang mengarah ke Ghirardelli Square nawarin souvenir dengan harga yang lebih murah. Selain itu, umumnya toko2 yang menjual souvenir juga menjual berbagai macam kamera. Rada membingungkan sich, sebenarnya itu toko kamera yang menjual souvenir atau toko souvenir yang menjual kamera 🙂 Yang ga tertarik buat belanja juga bisa nonton berbagai street performances, mulai dari musik sampe sulap.

Diantara sekian performances, The Bushman adalah salah satu yang terkenal di kawasan ini. Kerjaannya itu cuman sembunyi di balik semak2 yang dipegang ma dia dan ngagetin pengunjung yang lewat. Yang lucu, dia dapet duit lho dari para “korban”, walau ga jarang banyak yang ngomel2 juga ke dia abis dikagetin (buat yang udah sempet baca postingan gua beberapa yang lalu pasti sempat ngeliat fotonya, tapi gua decide buat diapus soalnya hubby bilang takut ada yang nuntut kalau nunjukkin muka orang secara jelas. Teman2 sekalian ada yang tau ga sich sebenarnya regulasi buat posting foto di blog itu apa aja?)

Puas  main2 di area Fihserman’s Wharf dan Pier 39, gua ma hubby juga mengunjungi Golden Gate Bridge. Akhirnya ngeliat juga tugh famous bridge *norak*, sayang cuaca waktu itu gak cerah.

Berhubung windy dan ga banyak yang bisa dilihat disni, gua putusin buat ga berlama2 disini dan pulang. Pulang di rumah, dapet suguhan dinner dari housemate gua yang emang chef. Selesai dinner, i still got a room for dessert 🙂 jadilah ke Golden Island Cafe dan pesen ini:

Isinya sampler2 dari 4macam menu dessert yang dijual disana, since itu kali pertamanya gua kesana gua pikir it’s a good idea buat order jadi gua bisa icip2 berbagai menunya. Gua yakin buat yang tinggal di Jakarta bisa nemuin dessert yang lebih enak dech daripada ini 🙂

Buat menutup hari, kalau biasa niup lilin, kali ini gua niup korek hehe… Thanks GOD for another year, smoga tahun depan ketika aku berulang tahun aku udah bisa jadi pribadi yang lebih baik dan bisa dibanggakan. AMIN.


1st

The first step is always the hardest, so here i am pushing myself to write down the first post for my new blog and publish it (have started to write down several drafts, yet haven’t managed to finished). I don’t have any goal about how long I’ll be writing this blog. I guess I’ll be just writing down, and not to think so much about it otherwise I’ll be feeling this as some kind of homework that I have to submit the next day and otherwise I’ll get myself into trouble. So, happy reading guyz 🙂